Rabu, 23 Februari 2011

SEKILAS PANDANG LEMBAGA PENDIDIKAN IBNU RUSLI

Lembaga Pendidikan Ibnu Rusli  adalah suatu lembaga yang didirikan oleh anak cucu dari Bpk Rusli Malin Panduko. Beliau adalah seorang petani di pagi dan siang hari, kemudian guru ngaji Al-Qur’an pada petang dan malam hari. Beliau telah mulai mengajar mengaji semenjak berusia muda. Beliau menikah dengan seorang wanita yang tak pandai tulis baca latin, namun Alhamdulillah pandai membaca Al-Qur’an. Mereka berdua pun bekerja sama mengajar anak-anak desa membaca Al-Qur’an dan tata cara sholat. Kegiatan ini telah mereka lakukan semenjak tahun 1969. Pak Malin, begitu panggilan akrab warga desa kepada beliau, adalah guru ngaji yang tak kenal lelah. Ketika sakit pun dalam keadaan terbaring, beliau tetap menyimak bacaan murid-muridnya. Beliau akan menegur murid-murid ketika salah dalam membaca Al-Qur’an walaupun beliau tidak melihat Al-Qur’an. Puluhan tahun beliau mengajarkan Al-Qur’an walau di dalam gubuk beratapkan rumput hilalang, dengan dinding sasak(dinding sasak; dinding yang terbuat dari bamboo).


Pada bulan Oktober 1993 Sang Guru kembali menghadap Rabbul ‘alamin dalam pelukan teman setianya yang sekian lama bersama-sama mengajarkan Al-Qur’an. Beliau meninggalkan 13 orang anak, yang sebahagian besarnya sekarang telah menikah dan beberapa orang masih kulian dan sekolah. Cemooh dan ocehan selalu saja datang dari beberapa orang. Mereka katakan Suami-Isteri ini ibarat kucing, yaitu “sebentar-sebentar beranak”

Ketika anak-anak beliau telah beranjak dewasa, anak-anak pun ingin berbuat baik kepada sang ibu, maka dibangunlah sebuah rumah dengan ukuran 9m x 7m. Tapi anak-anak banyak yang sudah menikah dan kuliah ke Jakarta, maka orang tua ini pun kesepian. Akhirnya timbullah ide, Yaitu: “Kita ramaikan kembali rumah ini dengan alunan bacaan Al-Qur’an; belajar membaca dan menghafal Al-Qur’an.

Alhamdulillah pada awal Januari telah di mulai kembali pengajian Al-Qur’an dengan jumlah murid 30 orang. Murid belajar tanpa di pungut biaya.

Pada tanggal 24 Januari 2011 perdirilah secara resmi LEMBAGA PENDIDIKAN IBNU RUSLI,  di hadapan Notaris Hj, Eldani, SH dengan akta nomor 43.

Minggu, 20 Februari 2011

Siapakah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah?


Oleh: Yulian Purnama
Sungguh sayang sungguh malang, umat Islam di masa ini bak buih di lautan, banyak jumlahnya namun tercerai-berai. Heran bukan kepalang melihat fenomena ini, kita semua tahu bahwa Islam yang dibawa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam hanya 1 macam, sebagaimana firman Allah Ta’ala yang artinya: “Sesungguhnya kalian adalah umat yang satu dan Aku adalah Rabb kalian, maka beribadahlah kepada-Ku” [Al-Anbiyaa : 92]. Namun mengapa hari ini Islam menjadi bermacam-macam? Aneh bukan?
Ternyata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam sedari dulu telah memperingatkan hal ini: “Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu golongan ; dan telah berpecah kaum Nashara menjadi tujuh puluh dua golongan; sedang umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kami-pun bertanya, siapakah yang satu itu ya Rasulullah? ; Beliau menjawab: yaitu orang-orang yang berada pada jalanku dan jalannya para sahabatku di hari ini” [HR. Tirmidzi]. Namun lihatlah, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengabarkan bahwa ada 1 golongan yang selamat dari perpecahan yaitu orang-orang yang beragama dengan menempuh jalan Islam sebagaimana jalan Islam yang ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya pada masa itu. Dari sinilah muncul istilah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah adalah istilah yang dilekatkan dengan sifat-sifat golongan yang selamat yang disebutkan dalam hadist di atas. Maka tak pelak lagi, istilah Ahlus Sunnah pun menjadi rebutan. Bahkan orang-orang yang menempuh jalan yang salah pun mengaku Ahlus Sunnah. Sehingga masyarakat awam yang sedikit menyentuh ilmu agama pun dibuat bingung karenanya, dan rancu dibuatnya, tentang siapakah sebenarnya Ahlus Sunnah itu?
Makna Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Kata “Ahlussunnah” terdiri dari dua suku kata yaitu ’ahlu’ yang berarti keluarga, pemilik, pelaku atau seorang yang menguasai suatu permasalahan, dan kata ’sunnah’. Namun bukanlah yang dimaksud di sini sunnah dalam ilmu fiqih, yaitu perbuatan yang mendapat pahala jika dilakukan, dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Akan tetapi sunnah adalah apa yang datang dari Nabi baik berupa syariat, agama, petunjuk yang lahir maupun yang bathin, kemudian dilakukan oleh sahabat, tabiin dan pengikutnya sampai hari Kiamat. Dengan demikian definisi Ahlus Sunnah adalah mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan sunnah para shahabatnya. Sehingga Imam Ibnul Jauzi berkata,” Tidak diragukan bahwa orang yang mengikuti atsar (sunnah) Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabatnya adalah Ahlus Sunnah” (Lihat Talbisul Iblis hal. 16)

Sabtu, 19 Februari 2011

Wasiat-wasiat Generasi Salaf

Allah Ta`ala berfirman dalam kitab-Nya:
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-taubah : 100).

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta`ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah  ilahi.

Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti  jejak langkah RasulullahShallallahu `alaihiwa sallam.

Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah,  Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat  generasi awalnya menjadi baik. Sungguh sebuah ucapan yang pantas ditulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.

Dalam kesempatan kali ini, kami akan mengupas bagaimana para salaf menyucikan jiwa mereka, yang kami nukil dari petikan kata-kata mutiara dan hikmah yang sangat berguna bagi kita.